Pendidikan merupakan hak semua warga negara Indonesia, namun kenyataannya di lapangan masih banyak masyarakat, termasuk anak-anak usia sekolah yang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini membuat hari Ratna terketuk.
Perempuan yang inspiratif dan penuh semangat itu pun tidak tinggal diam. Di tengah keterbatasan fasilitas dan dukungan, Ratna turun untuk memajukan masyarakat Papua. Perjalanan dan perjuangan Ratna penuh rintangan.
Selain fasilitas yang minim, transportasi yang tidak memadai untuk menjangkau masyarakat yang membutuhkan pendidikan, perempuan ini masih dihadapkan pandangan negatif terhadap pendidikan. Dimaki oleh orang-orang yang ditemuinya menjadi hal biasa ketika dia mengajak masyarakat Papua untuk belajar.
Kepedulian Terhadap Tanah Papua
Papua yang subur dengan penduduknya yang ramah menyimpan banyak masalah sosial, termasuk di bidang pendidikan. Kondisi ini mengetuk hati Ratna untuk terlibat secara langsung sesuai kemampuannya.
Ratna melihat masalah pendidikan adalah hal yang harus segera diselesaikan. Dengan pendidikan yang baik, akan banyak bermunculan “Mutiara dari Papua” yang bisa memajukan dan mensejahterakan daerahnya.
Ketika berbaur dengan masyarakat, tidak sekali dua kali Ratna menemukan anak-anak yang belum bisa baca tulis. Ini yang menghambat kemajuan karena mereka akan kesulitan menyerap informasi dan teknologi.
Perempuan tersebut kemudian mengajak anak-anak untuk belajar bersama. Ratna tidak segan untuk keluar masuk pelosok, mengajar di atas perahu dan dimana saja demi mendukung pendidikan di Papua.
Tidak mudah bagi Ratna untuk mewujudkan keinginannya. Cukup banyak masalah yang ditemuinya di lapangan. Rasa malas dari anak-anak dan remaja juga orang dewasa untuk belajar, pandangan negatif terhadap pendidikan dan kebiasaan sehari-hari di lingkungan yang dikunjungi merupakan tantangan.
Selama menemui orang-orang yang akan diajaknya untuk belajar, penolakan demi penolakan ditemuinya. Perempuan yang biasa disapa Aunty oleh anak-anak didiknya ini bahkan pernah dicaci-maki oleh warga. Namun semangatnya untuk mewujudkan “Papua Harus Maju” mampu mengalahkan semua rintangan yang datang.
Hambatan di Lapangan
Medan yang sulit dijangkau merupakan hambatan kecil yang harus dihadapi oleh aunty Ratna. Perempuan itu harus mampu mengikis rasa malas dari anak-anak yang ditemuinya agar mau belajar. Terbiasa hidup bebas, bermain dan kapan saja, membuat cukup sulit untuk mengajak anak-anak ini belajar.
Belum lagi pandangan bahwa pendidikan bukanlah hal yang penting, membuat banyak orang tua yang tidak mendukung anaknya dalam belajar. Anak-anak lebih banyak disuruh untuk membantu mengerjakan pekerjaan domestic rumah tangga.
Kemiskinan juga merupakan masalah yang menjadi penghambat ajakan Ratna untuk belajar. Orang tua lebih memilih anaknya membantu mencari uang dari pada meluangkan waktu untuk membaca maupun menulis.
Tantangan ini tentu berat bagi Ratna, namun beruntung, setelah beberapa waktu kegiatan perempuan ini mulai mendapat dukungan. Teman-teman Ratna pun banyak yang bergabung sehingga mereka membentuk komunitas yang diberi nama Papua Hei
Mengenal Komunitas Papua Hei
Nama Papua Hei yang diberikan pada nama komunitas belajar yang dirintis oleh Ratna mempunyai makna memanggil anak Papua untuk datang dan belajar. Harapannya setelah mereka pandai, bisa menularkan kemampuannya dan bersama membangun Papua.
Menurut Ratna yang setiap hari berbaur dengan anak-anak Papua, banyak potensi yang dapat digali dari mereka. Tidak menutup kemungkinan dari langkah kecil yang dirintisnya akan melahirkan banyak generasi berkualitas di tanah Papua.
Dengan nama Papua Hei yang bermakna panggilan untuk Papua, Ratna juga berharap anak-anak yang keluar dari Papua untuk mendapatkan pendidikan akan kembali lagi membangun tanah kelahirannya.
Aunty Ratna juga menyampaikan harapannya, “Kami rindu banyak generasi Papua yang bisa terjaring di Yayasan PAPUA HEI untuk dapat disekolahkan sesuai dengan bakat-minat dan talentanya sehingga nanti bisa untuk membangun Papua.”
Tanpa membedakan gender, Ratna berharap banyak perempuan Papua yang ambill bagian dalam Papua Hei. Menurut Ratna, perempuan itu pribadi yang paling lentur yang bisa sangat berpengaruh untuk hal yang baik, dia juga bisa sangat berpengaruh untuk hal yang buruk.
Karena itu, sebagai perempuan Indonesia diharapkan bisa menjadi penggerak dalam memantik dan menghidupkan potensi sesuai dengan talenta dan minat.
Apa yang dirintis Ratna kini sudah mulai terasa hasilnya. Komunitas Papua Hei pun terus berkembang dan ada di berbagai wilayah di Papua. Ratna boleh tersenyum karena hasil kerja kerasnya di awal kini sudah mulai terlihat hasilnya. Bahkan semakin banyak lembaga dan institusi yang memberikan apresiasi kepadanya.
Ratna memulai langkah kecil di sekitarnya dan kini sudah membawa dampak positif yang sangat luas bagi tanah Papua. Berkat kegigihannya, Ratna mendapatkan anugerah Satu Indonesia Award dari Astra. Anugerah tersebut merupakan apresiasi dari Astra untuk anak muda yang mengabdikan diri pada lingkungan.
Ratna berhasil mengajak anak-anak Papua untuk semakin maju. Anda pun bisa membawa perubahan untuk sekitar. Mulailah dengan hal kecil, lakukan dengan konsisten dan Anda akan melihat bahwa kontribusi Anda bisa berdampak luar biasa.